
Kata Pengantar
Pendidikan pesantren pada awal berdirinya lebih berbasis pada pendidikan masjid dan pendidikan kyai yang berbasis kitab kuning. Ketuntatasan pembelajaran didasarkan pada ketuntasan kitab kuning daripada ketuntasan berdasarkan kelas. Dari segi metodologi pembelajaran, Karel A. Steenbrink dalam Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern memberikan gambaran tentang kondisi pesantren yang lebih menitikberatkan pada pembelajaran keagamaan dengan metode hafalan yang dominan.
Dalam perkembangannya, pendidikan pesantren mengalami pergeseran dari kegiatan mengaji menjadi kegiatan berbasis madrasah dengan pendekatan klasikal dalam pembelajarannya. Munculnya madrasah menurut para sejarawan pendidikan sebagai salah satu bentuk pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Alasannya adalah secara historis awal kemunculan madrasah dapat dilihat pada dua situasi; adanya pembaruan Islam di Indonesia dan adanya respon pendidikan Islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda. Diawali oleh Syekh Amrullah Ahmad (1907) di Padang mendirikan Madrasah, KH. Ahmad Dahlan (1912) di Yogyakarta, KH Wahab Hasbullah
bersama KH Mansyur (1914) dan KH. Hasym asy’ari yang pada tahun 1919 mendirikan Madrasah Salafiyah di Tebuireng Jombang.