PARADIGMA TEKSTUAL ATAU KONTEKSTUAL DALAM PENAFSIRAN QURAISH SHIHAB; AYAT-AYAT YANG DISINYALIR MISOGINIS SEBAGAI STUDI KASUS

Main Article Content

Izzatu Tazkiyah

Abstract

Siapa pun mengamini bahwa al-Qur’an memiliki semangat egalitarianisme. Perbedaan jenis kelamin tidak menjadikan salah satunya lebih unggul dari lainnya. Keduanya memiliki hak yang setara dalam pendidikan, politik, sosial, dan ekonomi. Namun keberadaan beberapa ayat yang seolah-olah memihak ini menjadikan penafsir memegang peran kunci pada pemaknaannya.
Karenanya, keterlibatan prior text yang mengikat pola pikir penafsir tersadari atau tidak menjadi aspek yang cukup menentukan. Penelitian ini bertujuan menyingkap penafsiran ayat-ayat yang disinyalir misoginis oleh kalangan feminis. Sumber primernya adalah tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab. Dengan menggunakan tekstual dan kontekstual sebagai pendekatan, setidaknya penelitian ini menemukan beberapa poin. Pertama, Dalam menginterpretasi ayat yang disinyalir misoginis penafsir klasik cenderung bersikap literalis, sementara penafsir modern lebih kontektualis. Kedua, Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan nabi Adam bukan dari tulang rusuknya. Ketiga, mengurus rumahtangga adalah tanggungjawab istri, tetapi kewajiban tersebut tidak menjadikan hak-hak wanita–dalam ruang publik dan domestik–terpasung

Article Details

How to Cite
Tazkiyah, I. . (2025). PARADIGMA TEKSTUAL ATAU KONTEKSTUAL DALAM PENAFSIRAN QURAISH SHIHAB; AYAT-AYAT YANG DISINYALIR MISOGINIS SEBAGAI STUDI KASUS. Jurnal Ilmiah Pesantren, 5(1). Retrieved from https://jurnal.assalaam.or.id/index.php/jip/article/view/19
Section
Articles