Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 7 No. 2 (2021)

Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 6 No. 1 (2020)

Pendidikan 4.0 sebagai turunan dari revolusi industri 4.0 menuntut lembaga pendidikan untuk terus menerus meningkatkan mutu pendidikannya. Pemanfaatan teknologi digital (cyber system) dalam proses pembelajaran menjadi tuntutan yang tidak bisa ditolak. Berkait dengan standar mutu, Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Standar nasional Pendidikan (SNP) menetapkan 8 standar, yaitu : Standar Pengelolaan, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian

Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 5 No. 2 (2019)

Pesantren dari masa ke masa selalu menempatkan diri pada pusat dinamika keumatan. Segara genuine, pesatren sebagaimana dijelaskan Zamakhsyari Dhofir (1983) dalam “Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Kyai”, merupakan lembaga pendidikan yang berbasis pada kajian keislaman klasik. Menurutnya, kitab-kitab Islam klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok, yaitu: (1) Nahwu (syntax) dan Sharaf (morfologi), (2) Fiqih (hukum), (3) Ushul Fiqh (yurispundensi), (4) Hadits, (5) Tafsir, (6) Tauhid (theologi), (7) Tasawuf dan Etika, (8) Cabang-cabang lain seperti Tarikh (sejarah) dan Balaghah”. Hal senada disampaikan Martin van Bruinessen dalam “Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat (Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia)” bahwa munculnya pesantren adalah untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad lalu

Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 5 No. 1 (2019)

Pendidikan selalu mengalami pembaharuan seiring dengan perubahan yang terjadi dalam lingkup kehidupan sebuah zaman baik perubahan teknologi maupun ekonomi. Seorang ahli pendidikan H. Horne menyebutkan bahwa pendidikan merupakan proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. Sesuai dengan fungsinya, pendidikan selalu dipercaya untuk membentuk masyarakat agar dapat menjadi pribadi yang aktif, produktif dan dinamis.

Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 4 No. 1 (2018)

Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 3 No. 3 (2017)

Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 3 No. 2 (2017)

Pendidikan pesantren pada awal berdirinya lebih berbasis pada pendidikan masjid dan pendidikan kyai yang berbasis kitab kuning. Ketuntatasan pembelajaran didasarkan pada ketuntasan kitab kuning daripada ketuntasan berdasarkan kelas. Dari segi metodologi pembelajaran, Karel A. Steenbrink dalam Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern memberikan gambaran tentang kondisi pesantren yang lebih menitikberatkan pada pembelajaran keagamaan dengan metode hafalan yang dominan.

Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 3 No. 1 (2017)

Pendidikan pesantren sesuai dengan karakteristiknya yang “modern” selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Karakter modernisasi pesantren berpijak kepada tiga prinsip perkembangan pesantren yang selaras dengan perkembangan zaman. Pertama, al-muhafadatu ala al-qadim as-saleh, yaitu kemampuan untuk memegangi nilai-nilai tradisi yang masih relevan. Prinsip ini menunjukkan bahwa pijakan modernisasi pesantren di atas prinsip-prinsip tradisi pesantren. Kedua, wa al akhdu bil jadid al-aslah, yaitu mengambil hasil penemuan kontemporer yang dapat memberikan nilai tambah bagi pesantren. Prinsip mengajarkan transparansi pesantren dan kemauan untuk berinteraksi dengan dunia luar. Ketua,wa al akhdu bil jadid al-ijad, yaitu mengambil nilai-nilai baru sebagai hasil dari eksperimentasi pesantren. Prinsip ini secara ambisius dilakukan pesantren untuk menemukan secara generik apa yang dibutuhkan pesantren dalam rangka mensetarakan paradigma pesantren dengan dunia luar.

Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 2 No. 1 (2016)

Lembaga pendidikan pesantren bercirikan empat unsur penting, yaitu Kyai, Santri, Masjid, dan Asrama. Pada awal perkembangan pesantren, Kyai pesantren menjadi sosok sentral pesantren yang menjadi daya tarik bagi santri. Pesantren tidak mengundang santri ke pesantren, tetapi para santrilah yang datang untuk belajar menuntut ilmu kepada kyai tersebut. Sebagai sebuah konsekuensi dari berkumpulnya banyak orang maka muncullah asrama untuk ditempati para santri, dan masjid sebagai pusat pembelajaran santri. Model pembelajaran belum menggunakan sistem klassikal tetapi menggunakan model berhadap-hadapan antara Kyai dengan santri (Sorogan) atau model pemberian materi secara berjamaah tanpa mengenal tingkatan pendidikan.

Jurnal Ilmiah Pesantren
Vol. 1 No. 1 (2015)

Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam telah berdiri 33 tahun yang lalu. seiring perjalanan Waktu, dari pesantren ini telah lahir para akademisi yang ahli dibidangnya. Begitu pula, komitmen Yayasan untuk memberikan kesempatan tenaga pendidik untuk melanjutkan studi sampai ke jenjang doctoral memberikan dinamika intelektual yang khas di lingkungan pesantren. Dunia pesantren telah mengalami keterbukaan terutama dalam ranah kelimuan. Budaya akademis yang berkembang di pesantren tidak hanya berbasis khasanah Pendidikan atau fikih klasik tetapi juga merambah perkembangan Pendidikan dan pemikiran Islam kontemporer. Oleh karena itu, dinamika intelektualitas yang berkembang tersebut perlu diwadahi dalam bentuk Jurnal Ilmiah Pesantren yang akan mengabadikan karya-karya intelektual yang berkaitan dengan dunia pesantren.